Sebagai lanjutan dari tulisan Deteksi dini kebuntingan Sapi dengan menggunakan asam sulfat, berikut saya coba tampilkan hasil penelitian yang masih berhubungan dengan deteksi dini pada kebuntingan sapi yang saya kutip dari repository.unand.ac.id. Hasil penelitian tersebut diberi judul :
Asam Sulfat (H2SO4) pekat yang dapat digunakan dalam diagnosis kebuntingan secara sederhana dan jelas dalam pengamatan adalah Asam Sulfat (H2SO4) pekat dengan dosis 0.1 ml baik pada pengambilan sampel pada hari ke-22 dan ke-32 (80%) dan pada hari ke-42 (85%) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan jumlah kebuntingan hasil palpasi per rektal (82,5%).
EFEKTIFITAS DAN AKURASI PENGGUNAAN BERBAGAI DOSIS ASAM SULFAT (H2SO4) PEKAT DIBANDINGKAN PALPASI PER REKTAL TERHADAP UJI KEBUNTINGAN TERNAK SAPI
Penelitian ini telah dilakukan di Kecamatan IV Nagari dan Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Pada bulan Agustus 2011 sampai dengan Januari 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis Asam Sulfat (H2SO4) pekat yang terbaik dalam diagnosis kebuntingan dini pada ternak sapi secara sederhana dan jelas dalam pengamatan serta berguna untuk menentukan kebuntingan secara cepat dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu reproduksi ternak sapi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pengambilan sampel secara purposive sampling.
Pada penelitian ini menggunakan 40 ekor sapi. Setiap sapi dilakukan tiga kali waktu pengambilan urin sapi yaitu pada hari ke-22, hari ke-32 dan hari ke-42.
Setelah diinseminasi buatan sebanyak 40 ekor sapi. Urine sapi yang digunakan ditampung pada pagi hari. Untuk setiap ekor sapi urine yang ditampung digunakan sebanyak 3 ml lalu ditambah 15 ml aquadest dan kemudian dicampur sehomogen mungkin.
Larutan tersebut dipindahkan dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml per tabung sebanyak 15 tabung. Masing-masing larutan diberikan penambahan / pembakaran dengan Asam Sulfat (H2SO4) pekat berdasarkan masing – masing dosis yaitu: 0.1 ml; 0.2 ml; 0.3 ml; 0.4 ml dan 0.5 ml. Peubah yang diamati adalah kejadian kebuntingan dengan indikasi atau adanya gelembung/gas fluorenscence yang terlihat pada masing-masing tabung reaksi dan perubahan warna larutan setelah penambahan Asam Sulfat (H2SO4) pekat.
Waktu yang diperlukan sampai munculnya gelembung gas fluorenscence dihitung dengan menggunakan stopwatch. Kemudian pada setiap ternak sapi diuji secara palpasi per rektal pada hari ke-60.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil diagnosis kebuntingan menggunakan berbagai dosis Asam Sulfat (H2SO4) pekat: 0.1 ml; 0.2 ml; 0.3 ml; 0.4 ml dan 0.5 ml dan waktu pengujian pada hari ke-22, hari ke-32 dan hari ke-42 tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan uji palpasi per rektal pada hari ke-60. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) pekat dengan berbagai dosis telah dapat digunakan untuk diagnosa kebuntingan pada ternak sapi.
Tetapi pada dosis 0.1 ml membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat disimpulkan dibandingkan 0.2 ml; 0.3 ml; 0.4 ml dan 0.5 ml namun perbedaan waktunya hanya dalam hitungan detik.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) pekat dengan dosis 0.1 ml dapat digunakan dalam diagnosis kebuntingan dini pada sapi tetapi dengan waktu yang lebih lama (25-40 detik).
Pemeriksaan kebuntingan dini pada sapi dengan menggunakan Asam Sulfat (H2SO4) pekat telah dapat dilakukan pada hari ke-22 setelah diinseminasi.
Asam Sulfat (H2SO4) pekat yang dapat digunakan dalam diagnosis kebuntingan secara sederhana dan jelas dalam pengamatan adalah Asam Sulfat (H2SO4) pekat dengan dosis 0.1 ml baik pada pengambilan sampel pada hari ke-22 dan ke-32 (80%) dan pada hari ke-42 (85%) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan jumlah kebuntingan hasil palpasi per rektal (82,5%).
Ketepatan atau akurasi penggunaan Asam Sulfat (H2SO4) pekat pada hari ke-22 dan ke-32 adalah 96,96% sedangkan pada hari ke-42 adalah 103,03% dengan palpasi per rektal.
Penulis/Peneliti : Riri Wahyu Illawati Jurusan Produksi Ternak Program Studi Ilmu Peternakan Program Pascasarjana Universitas Andalas.
Jadi dengan penelitian ini menjadi lebih jelas bahwa metode deteksi kebuntingan dengan asam sulfat dapat dilakukan dengan efektifitas seperti tersebut diatas. Bahkan dengan menggunakan asam sulfat pekat deteksi kebuntingan sudah dapat dilakukan pada hari ke 22.
Silahkan sebarkan dan bagikan artikel ini, mungkin bermanfaat bagi rekan atau kolega anda. Terima kasih. Semoga bermanfaat.
Penelitian ini sekaligus membuktikan bahwa metode deteksi kebuntingan dengan asam sulfat dapat dilakukan dengan efektifitas seperti tersebut diatas. Bahkan dengan menggunakan asam sulfat pekat deteksi kebuntingan sudah dapat dilakukan pada hari ke 22 dan ini menunjukkan bahwa dengan cara tersebut kita dapat menghemat waktu lebih dari satu bulan jika dibandingkan dengan cek kebuntingan menggunakan palpasi rektal.
0 komentar:
Posting Komentar